PROSA & PUISI

Sang Scout


Sang Scout ini julukan khususku untuk temanku, Marwansyah. Mahasiswa fakultas hukum spesialisasi hukum internasional di UGM angkatan 94. Tubuhnya tinggi besar, waktu itu 170 cm 70 kg. Berambut jabrik. Berkacamata silinder. Wajahnya jawa sekali. Dia memang asli Yogyakarta. Lulusan SMA 1 Yogyakarta. Di Yogyakarta, SMA ini adalah salah satu SMA terbaik. Jadi ya maklum jika Bang Marwan memang OK. Aktivis Pramuka. Dia menjadi salah satu pengurus Pramuka tingkat internasional. Waktu SD pernah menjuarai olimpiade Matematika se-Yogyakarta. Luar biasa…

Aku kenal dengannya saat KKN. Sewaktu briefing, dialah orang yang paling banyak bertanya. Macam-macam, yang tak pernah terpikir olehku. Hingga aku terkagum-kagum padanya. It’s amazing. Saat pembagian desa, ternyata aku satu kelompok dengannya. Wow…it’s wonderfull. Senang rasanya bisa dekat dengan lelaki ini.

Kelompok kami berjumlah enam orang. Mas Uki, mahasiswa kedokteran umum yang juga kakak kandung Mas Satria. Mas Satria ini kakak kelasku di Fakultas Kehutanan.  Mbak Endah, mahasiswa kedokteran hewan. Mas Yoka, mahasiswa kedokteran gigi yang suka memakai celana seksi. Maksudku celana pendek di atas lutut. Aku selalu complain, kalau dia memakai celana seksi. Aurot, Mas! Mataku bisa berabe!!! Mbak Diah, mahasiswa teknik elektro. Bang Marwan, si anak hukum dan aku sendiri cah kehutanan. Bang Marwan sendiri ternyata kakak kandung Atus, teman seangkatanku namun beda jurusan. Aku yang termuda dalam kelompok tersebut.

Waktu pemilihan ketua sub unit, kami sepakat Bang Marwanlahyang menjadi ketuanya. Seperti tutorial dosen pembimbing kami, seminggu pertama kami harus berkenalan dulu dengan masyarakat, observasi langsung ke lapangan untuk menggali kebutuhan dan permsalahan masyarakat.  Kemudian mencari gagasan untuk memecahkannya dengan tetap mengacu pada KKN Manual Book. Artinya apapun ide kita, harus berjalan di atas rel yang seharusnya, bukan seperti bus malam yang suka potong kompas agar cepat sampai. Tidak seperti Robinhood yang memiliki niat baik, tetapi menjalankannya dengan cara salah.

Seminggu pertama ini sangat berat.  Fisik, mental dan pikiran harus tahan banting.  Terkadang kami harus berjalan kaki menyusuri jalan desa yang naik turun, pematang sawah, menyebrangi sungai untuk melihat irigasi  desa.  Malam hari, kami harus ikut pertemuan-pertemuan masyarakat. Kami juga harus beradaptasi satu sama lain – teman-teman yang sama sekali baru- dan  akan tinggal serumah selama 2 bulan. Tanpa tahu sifatnya seperti apa. Gagasan-gagasan kami harus dibuat dalam bentuk laporan yang terpaksa kami ketik manual, karena listrik belum ada. Satu orang, satu laporan.  Akan dibahas diakhir minggu pertama bersama dosen pembimbing kami. Jika OK, dilanjutkan. Jika tidak Ok, terpaksa dibongkar. Repot sekali.

Hari kelima dan keenam, ada dan tidak ada ide, mau tak mau – kami harus membuat laporan. Begadang bergiliran karena mesin ketik hanya dua. Uhhh…rasanya. Dalam proses inilah, Sang Scout ini benar-benar mengimplementasikan Dasa Darma Pramuka. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; patriot yang sopan dan ksatria; patuh dan suka bermusyawarah; rela menolong dan tabah; rajin, terampil dan gembira; hemat, cermat dan bersahaja; disiplin, berani dan setia; bertanggung jawab dan dapat dipercaya; suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Semuanya dilakukannya sepenuh hati. Tak pernah mengeluh.

Saat kutanya, “Kenapa melakukannya?” Dia menjawabnya, “Begitulah seharusnya menjadi ketua.” Subhanallah. Aku terhenyak, mendengar jawabannya.  Lelaki ini, memang luar biasa. Dia memberiku pelajaran hidup yang tak akan pernah kulupakan selamanya. Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Andai saja semua pemimpin di negeri ini, memiliki jiwa seperti dia. Sayangnya calon pemimpin ini menutup mata di usia muda. Beberapa bulan saja setelah KKN selesai, karena kecelakaan. Aku sangat kehilangannya – Sang Scout – Marwansyah.  Beruntung sekali aku  pernah kenal dan dekat dengan lelaki hebat ini.

Tinggalkan komentar